Bersepeda dengan baik dan Benar

Saya pernah menulis artikel tentang belajar sepeda di usia dewasa, dan sekarang ini mencoba menulis bagaimana bersepeda yang baik dan benar di jalan raya.
Sebelum memutuskan untuk bersepeda di jalan raya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bersepeda. Karena di jalan raya akan berjumpa dengan pengguna jalan lainnya seperti truk, mobil, motor, pejalan kaki, gerobak, becak, bajaj, dan pengemudi sepeda lainnya.
Kemahiran bersepeda tidak hanya menjaga keseimbangan, mengayuh pedal, mengerem sepeda dan tidak belok kiri kanan selama mengayuh sepeda. Ada beberapa tehnik lain yang juga harus dikuasai sebelum bersepeda di jalan raya.
Start dan Stop Sepeda.
Ada beberapa cara untuk pertama kali start (langkah awal) naik sepeda yang sudah banyak dilakukan orang tapi dianggap tidak benar dan membahayakan.
  1. berdiri di samping sepeda, kaki kiri pada pedal lalu mendorong sepeda sambil kaki kanan diangkat seperti naik kuda.

  2. berdiri di samping sepeda, kaki kiri pada pedal lalu mendorong sepeda sambil kaki kanan menyelip masuk antara stang sepeda dan sadel (ini dilakukan pada sepeda untuk perempuan dimana besi palangnya rendah, dan biasanya memakai rok).

  3. mendorong sepeda sambil berlari lalu melompati sepeda dan langsung duduk di atas sadel.
Yang benar adalah pengemudi berdiri dengan kaki masing-masing di sisi sepeda, kaki kanan di posisi pedal depan (posisi angka 3 pada jam). Dorong sepeda dan angkat pantat untuk mencapai sadel, bersamaan dengan kaki kiri  menggapai pedal dan mulailah mengayuh sepeda seperti biasa.
Ada juga tehnik lain, pada saat mendorong sepeda kaki kanan mengayuh dan kaki kiri langsung menggapai pedal untuk siap mengayuh sepeda dalam posisi setengah berdiri lalu duduk di sadel. Perhatikan untuk menjaga stang sepeda tetap lurus pada saat kaki kanan mengayuh dan kaki kiri menggapai pedal.
Apakah susah? Sedikit susah, karena pada saat belajar tehnik ini keseimbangan badan sudah harus baik. Dengan latihan beberapa kali dijamin pasti bisa, apalagi kalau sudah bisa setengah berdiri atau berdiri penuh sambil meluncur di atas sepeda.
Menghentikan sepeda bukan hanya sekedar menarik rem, tapi bagaimana turun dari sadel dan meletakan kaki di tanah/aspal. Pada tulisan saya sebelumnya, ketika masih belajar naik sepeda, kaki biasanya bisa menyentuh tanah/aspal, sehingga pada waktu mau berhenti dan sudah menarik rem, kaki bisa langsung turun dari pedal dan menyentuh tanah.
Supaya bersepeda terasa nyaman dan tidak membuat kaki capek atau pegal, tinggi sadel yang benar adalah dimana posisi kaki membentuk sudut 30 derajat pada saat pedal berada di posisi terendah, sehingga ketika mengayuh pinggul tidak banyak bergoyang cenderung stabil. Dimana posisi tinggi sadel sudah benar, berarti kaki tidak dapat menyentuh tanah lagi kalau posisi sepeda berdiri lurus, apabila menghentikan sepeda dengan menarik rem dan masih duduk di sadel, tentunya akan jatuh apabila kaki tidak segera menginjak aspal dan pada saat kaki mau menyentuh aspal berarti sepeda dimiringkan, ini bisa mengakibatkan jatuh dari sepeda apabila kaki tidak kuat menahan beban badan dan sepeda.
Cara yang benar adalah pada saat mau menghentikan sepeda, tarik rem sedikit demi sedikit dan ketika sudah mulai pelan kaki kanan berada di posisi terendah pedal, angkat pantat dari sadel, dan rem penuh sampai berhenti langsung meletakan kaki kiri di aspal. Tunggu sepeda berhenti baru meletakan kaki kiri, jangan dilakukan kalau sepeda belum berhenti benar. Begitu sepeda berhenti langsung siapkan posisi kaki kanan ada pada sadel depan untuk memulai lagi naik sepeda.
Tehnik Start dan Stop ini harus dikuasai dengan baik sebelum turun ke jalan raya. Karena ini sangat berguna apabila harus berhenti karena ada mobil mau keluar dari parkiran, di lampu merah atau di persimpangan jalan.
Latihan juga untuk tetap meluncur atau mengayuh pedal dengan stang dipegang satu tangan, baik itu tangan kiri atau kanan. Gunanya bukan supaya bisa mengirim sms atau menerima telpon sambil meluncur di sepeda, tapi untuk memberi tanda kalau mau belok kanan atau kiri atau mau berhenti, berhubung sepeda tidak punya lampu sen.
Bersepeda di Jalan Raya.
Berlatihlah secara rutin di jalan-jalan yang tidak terlalu ramai atau banyak kendaraan lain seperti mobil dan motor. Tujuannya supaya terbiasa bersepeda berdampingan dengan motor dan mobil dan tidak panik. Biasanya mobil dan motor akan mendahulukan sepeda atau beriringan di belakang sepeda dan menunggu waktu yang tepat untuk menyusul. Pada saat itu tetaplah bersepeda dengan tenang usahakan stang tetap lurus (tidak menggok kiri kanan), dan saat mobil atau motor berada di samping untuk menyusul jangan panik atau kaget, karena bisa menyebabkan kendali sepeda tidak terkontrol. Bila sudah tidak panik dan tidak mudah kaget, siap untuk bersepeda di jalan raya.
Apabila di depan kita ada hambatan, misal mobil parkir di pinggir jalan, orang jalan, gerobak sampah, sebaiknya dari jarak jauh sambil sekali-kali menengok ke samping untuk mengetahui di belakang ada pengendara lain atau memberi tanda bahwa akan mengambil posisi ke tengah untuk menyalip hambatan di depan.
Hati-hati dengan mobil yang baru berhenti atau parkir di pinggir jalan karena biasanya pengemudi akan membuka pintu, gunakan bel untuk memberi tahu kalau ada sepeda lewat. Apabila bersebelahan dengan truk atau mobil box, pastikan pada saat berhenti menunggu lampu merah, supir tahu ada sepeda di sebelah kiri dan jangan berada di area “blank spot” pandangan si supir. Bila pengendara sepeda bisa melihat wajah supir di spion kendaraannya, biasanya supir juga bisa melihat si pengemudi sepeda, atau bunyikan bel untuk menarik perhatian supir.
Kalau melakukan perjalanan malam hari, pastikan lampu depan cukup untuk menerangi pandangan jalan di depan dan lampu merah atau reflektor merah agar pengguna jalan lain di belakang tahu ada sepeda di depan.
Satu hal yang kurang diperhatikan oleh pengendara sepeda di Indonesia, yaitu tidak memakai helmet sepeda ketika bersepeda di jalan raya. Kesannya kalau pakai helmet hanya untuk pembalap sepeda, atau mau bersepeda di bukit-bukit atau tempat yang jalannya tidak mulus. Anak-anak kecil yang belajar di komplex perumahan rata-rata tidak memakai helmet, mungkin dalam pemikiran orang tua, mereka hanya bersepeda di sekitar rumah. Jatuh dari sepeda bisa mengakibatkan benturan di kepala, dan apabila terjadi bisa mengalami gegar otak dan coma.
Di Yogyakarta yang dulu terkenal sebagai kota sepeda, banyak yang tidak menggunakan helm, cukup memakai topi ala kompeni atau caping (untuk sepeda onthel, mungkin aneh kelihatannya kalau pakai rok panjang atau kain, jualan jamu atau kopi dan memakai helmet sepeda). Helm sepeda memang tidak murah, tapi nyawa manusia apalagi anak-anak tidak ada yang jual, hanya satu-satunya (one and only) jadi jangan sampai menyesal.
Salam gowes….

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Diberdayakan oleh Blogger.